MEMOAR BERDARAH TOKO MERAH
JACAPTURE, JAKARTA – Sebuah peninggalan bangunan kolonial Belanda yang terletak di tepi barat Kali Besar, Kota Tua Jakarta beralamat di Jalan Kali Besar Barat No.11 RT.07/RW.03, Kelurahan Roa Malaka, Kecamatan Tambora. Sebutan Toko Merah merujuk pada warna dinding depan bangunan yang berwarna cat merah hati pada permukaan dinding berbatu bata. Terdapat pula yang mengatakan, nama Toko Merah diambil setelah peristiwa tragedi geger pencinan. Pada saat itu banyak mayat etnis Tionghoa bertebaran di Kali Besar sehingga permukaan air menjadi warna merah. Toko Merah pun kerap ditautkan dengan kisah misteri.
Toko Merah saksi bangunan bersejarah , wisata Toko Merah yang ada di Tambora DKI Jakarta Barat merupakan suatu bangunan peninggalan VOC pada saat zaman penjajahan Belanda yang banyak berjejer di sepanjang jalan lintasan Kota Tua. Warna merah pada bangunan toko tua ini paling banyak mencuri (perhatian). Dengan karakteristik berupa batu bata merah, bangunan ini sangat mudah ditemukan. Terdapat rangkaian rekam sejarah yang panjang pada Toko Merah yang unik ini.
Pada mulanya toko ini merupakan kediaman salah satu tokoh penting VOC yang menetap di Kota Batavia. Gedung ini dibangun pada tahun 1730 diperuntukkan sebagai salah satu kediaman para petinggi VOC. Pada saat itu Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff menjadi penghuni pertama dari bangunan yang sekarang dikenal sebagai Toko Merah. Pasca kemerdekaan, Toko Merah ini sempat berpindah ke beberapa kepemilikan. Mulai dari perorangan sampai ke perusahaan ternama. Pada tahun 2012 Toko Merah mengalami restorasi kembali untuk mempertahankan struktur aslinya dan mempertahankan bentuknya yang unik. Hingga sekarang bangunan ini kerap dijadikan destinasi wisata dan tempat pameran.
Sisi lain pada kemegahan Toko Merah yang elegan, tersimpan memori mistis yang melatarbelakangi. Kisah angker yang menyelimuti bangunan ini sudah dikenal di area masyarakat setempat. Dimana penggunaan nama Toko Merah ini konon katanya diambil selepas terjadi peristiwa menegangkan, yakni geger pecinan. Dimana peristiwa tersebut banyak memakan korban dan diidentikkan warna merah sebagai warna darah. Menurut kisah yang beredar, Toko Merah ini pada mulanya merupakan tempat untuk pembantaian etnis Tionghoa yang ada di Kota Batavia.
Mayat-mayat korban geger pecinan ini lalu dibuang di kawasan Kali Besar, tepat berlokasi di hadapan bangunan. Serta dari arah bangunan tersebut, juga dapat dilihat permukaan air dari Kali Besar yang berwarna merah darah pada saat itu. Kemudian, konon Toko Merah dijadikan sebagai tempat penyiksaan para gadis. Dikutip dari cerita yang sama, di Toko Merah yang dahulunya terdapat banyak sekali gadis yang disiksa secara brutal hinggal meninggal.
Bahkan ada banyak orang yang menyebut jika mendengar
suara langkah prajurit, nona Belanda, dan burung putih yang berterbangan
dimalam hari – memakai gaun, suara tangis hingga teriakan para gadis. Pada
waktu sekarang, bangunan tua yang satu ini menjadi salah satu tempat yang masuk
ke dalam cagar budaya perlindungan pemerintah provinsi DKI Jakarta. Secara
keseluruhan, gedung ini memiliki banyak ruang kamar. Bagian lantai dasar terisi
16 buah kamar yang terdiri atas 8 ruangan di sisi utara, dan 8 ruangan di sisi
selatan. Pada lantai dua terdapat 4 buah kamar. Dan terakhir dibagian lantai 3,
ada 5 buah kamar. Toko Merah ini berfungsi sebagai kantor yang sempat dijadikan
sebagai gudang tempat penyimpanan gula, beras, hingga buah, serta anggur pada
zaman Belanda dahulu. Bangunan ini sendiri sempat jaya, sampai sekarang masih
banyak yang ingin mengunjungi tempat ini. Terlebih, merebaknya memoar dan juga
mitos yang menyelimutinya.
Penulis: YMA
Sumber gambar: https://www.shutterstock.com/image-photo/november-20-2020-toko-merah-one-1859395750
Komentar
Posting Komentar