JACAPTURE, JAKARTA – Dalam usianya yang
masih muda, ia sudah masuk kedalam daftar orang terkaya di Indonesia. Ia juga
berada di belakang suksesnya Jokowi menjabat sebagai presiden untuk kedua
kalinya. Ia menjadi menteri BUMN, dan yang menarik, kebijakannya selalu
mengundang kontroversi.
Masuknya Eric Thohir sebagai menteri BUMN cukup
menggairahkan gossip politik yang selama ini terlihat adem ayem tanpa
gairah. Eric Thohir adalah pebisnis muda dengan level internasional,
bukan kaleng-kaleng, apalagi kaleng biskuit yang ternyata isinya rengginang.
Dia pernah memiliki klun sepak bola Italia Inter Milan, klub sepak bola ini
sudah dijualnya dengan keuntungan lebih dari 2 triliun rupiah, semua masuk ke
kantung pribadinya. Erick Thohir, adalah sosok dibalik kebijakan bersih-bersih
BUMN. Dengan munculnya kebijakan itu, apakah benar selama ini BUMN itu
kotor? Ditugaskan sebagai bos seluruh BUMN, Erick mencari direktur dengan gaya
menata para pemain di klub sepak bolanya.
Sebagai striker utama, dia langsung menunjuk
Ahok atau Basuki Tjahatja Purnama untuk masuk dalam timnya. Kabar Ahok menjadi
striker saja sudah membuat heboh jagat maya dan mengorek sarang kadal yang
selama ini nyaman mencari lalat disana. Mulai dari kelompok 212 sampai Serikat
Pekerja Pertamina langsung menyerukan perlawanan. Mereka membangun kekuatan
supaya Ahok tidak menjabat di BUMN. Dan jelas situasi ini membuat Erick Thohir
senang, karena berarti strateginya berada di arah yang benar.
Erick lalu merekrut mantan personil KPK bernama
Chandra Hamzah untuk memperkuat barisan belakang. Chandra Hamzah sebelumnya
adalah Komisaris Utama di Perusahaan Listrik Negara (PLN). Masuknya Chandra
Hamzah kemungkinan akan dijadikan direksi untuk mengawasi potensi korupsi di
perusahaan listrik itu.
Baru dua orang pemain yang direkrut Erick Thohir
saat ini. Dia masih mengincar beberapa nama untuk posisi gelandang. Mungkin di
sana ada Ignasius Jonan atau Archandra Thahar. Mereka pemain-pemain
professional yang handal.
Ignasius Jonan dulu pernah menjadikan PT Kereta
Api Indonesia, dari terpuruk menjadi perusahaan prestisius. Duetnya dengan
Archandra Thahar di Migas juga berhasil mengambil alih Freeport tanpa banyak
keributan.
Aset BUMN kita sekarang totalnya mencapai lebih
dari 8 ribu triliun rupiah. Dan ada rencana Jokowi untuk membentuk superholding
yang menyatukan seluruh asset BUMN kita seperti yang telah dilakukan Temasek
Singapura dan Khazanah Malaysia. Itulah mengapa kedua negara tetangga itu sibuk
berbenah , karena kali ini mereka harus berhadapan dengan Garuda raksasa yang
baru terbangun dari tidur panjangnya.
Sejak awal Jokowi sudah bermimpi memiliki
superholding BUMN, seperti Temasek Singapura dan Khazanah Malaysia. Mimpi ini
ia hadirkan ketika kampanye pilpres 2019. Bahkan Jokowi sudah memberinya nama,
Indonesia Incorporation, dengan total asset 8.000 triliun rupiah. Seharusnya
Indonesia bisa lebih Berjaya dari Temasek Singapura yang memiliki Rp3.200
triliun dan Khazanah Malaysia yang memiliki asset Rp500 triliun. Masalahnya,
apakah Indonesia bisa lebih gesit?
Baru saja sebentar menjabat, Erick Thohir sudah
melihat masalah besar di depan mata. BUMN kita meskipun besar asetnya, ternyata
keropos di dalamnya. Ini jelas berbahaya jika dipaksa menjadi
Superholding sekarang, bisa runtuh bangunan itu berkeping-keping.
Contohnya saja, dari 142 BUMN di bawah
Kementrian, hanya 15 BUMN yang setor pendapatan ke negara. Itu berarti kurang
dari 10% BUMN yang produktif, 90% lainnya mengumpat. Seperti rumah, hanya bagus
di teras depannya saja, dalamnya sudah mau ambruk semua. Perusahaan-perusahaan
besar ini ternyata banyak bisnis tidak jelas. Ada yang bisnis hotel, bisnis
catering, bahkan ada juga BUMN yang bisnis laundry. Ternyata bisnis-bisnis
receh itu dibangun hanya supaya mengejar pendapatan saja, agar laporan
keuangannya bagus. Mereka tidak fokus dengan bisnis utamanya.
Bayangkan, sekelas Krakatau Steel saja mempunyai
bisnis hotel, namanya The Royale Krakatau Hotel Cilegon. Ya wajar, perusahaan
itu menjadi tidak fokus dan tidak profesional di bidangnya. Akhirnya mereka
terancam bangkrut, dan ribuan pegawai di PHK. Kalah bersaing di pasar global.
Bukan hanya Krakatau Steel. Garuda Indonesia
yang hutangnya ratusan triliun rupiah memiliki 7 hotel. Jadi, Garuda ini adalah
bisnis penerbangan atau bisnis hotel? Ini yang menjadi masalah besar jika kelak
BUMN ini digabung menjadi Superholding. Bukannya makin kuat, yang ada malah
sibuk menutupi borok-boroknya. Perusahaan yang kuat, sibuk melindungi
perusahaan yang parah. Kalau terus begitu, kapan go internasionalnya?
Apakah mimpi Superholding BUMN seperti Temasek
Singapura dan Khazanah Malaysia itu buyar? Pasti tidak, kita
memiliki potensi yang lebih tinggi dengan jumlah aset yang lebih besar.
Hanya sekarang, di tangan Erick Thohir, BUMN
kita harus dipoles dahulu supaya makin berkilau dan professional. Nanti, urusan
Garuda hanya penerbangan, urusan Pelindo hanya pelabuhan, urusan Krakatau Steel
hanya peleburan. Tidak ada lagi yang bisnis hotel, bisnis catering, sampai
bisnis cucian.
Jika sudah fokus pada bidangnya, waktu
Superholding BUMN itu membeli saham perusahaan multinasional, beli saham
perusahaan penerbangan – Garuda yang akan menjadi leader.
Mari kita percayakan saja Eric Thohir
membersihkan BUMN, dan Superholding BUMN kita kelak akan ditakuti oleh
negara-negara di ASEAN sebagai macan, bukan lagi kambing hutan.
Penulis: YMA
Komentar
Posting Komentar