ESENSI JPO DI IBU KOTA
JACAPTURE, JAKARTA – Jakarta adalah ibu kota yang bising dengan hiruk
pikuk segala kegiatan warganya. Hadirnya wajah baru Jakarta memberikan kepuasan
pelayanan publik dan menjadi penghibur pandangan kala berada di situasi jalan
yang padat. DKI Jakarta terus berkembang menjadi kota yang modern. Berbagai
pembangunan di targetkan untuk kemajuan kota. Warganya pun banyak yang
mengapresiasi atas pertumbuhan Jakarta – hal ini dapat dilihat dengan karya-karya
videografis singkat yang dibuat oleh warga menggunakan latar belakang kota
Jakarta modern. Keadaan lingkungan di beberapa titik kota Jakarta sudah seperti
berada di luar negeri. Eits, ini bukan di luar negeri ya! Ini adalah wajah baru
untuk warga DKI Jakarta dalam memenuhi fasilitas sosial yang ramah.
Beberapa titik JPO di
ibu kota telah hadir dengan desain yang nyaman dipandang. JPO yang terkenal
adalah JPO Gelora Bung Karno, JPO Polda Metro Jaya, JPO Bundaran Senayan, JPO
Dukuh Atas, JPO Sumarno, dan JPO Jelambar Barat.
Tahukah kamu?
-
Revitalisasi
Menggunakan Dana KLB
JPO yang berhasil di vermak oleh pemerintah, menggunakan anggaran dana KLB. Apa itu dana KLB? Dana Koefisien Lantai Bangungan (KLB) merupakan dana kompensasi atau denda dari pihak swasta yang diserahkan kepada pemerintah karena membangun gedung melebihi jumlah lantai yang ditentukan. Adapun anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk proyek JPO melalui dana KLB ini sebesar Rp53 milyar.
-
Tapak Tilas JPO
Zebra Cross sebagai fasilitas penyebrangan orang ternyata tidaklah tepat, apalagi jika berada di jalan besar dan ramai. Para pengendara ketika mendekati zebra cross bukannya menurunkan kecepatan, tetapi malah menarik gas. Hal ini tentu menyulitkan para pejalan kaki yang menggunakan jalan. Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta 1966-1977 mendapat usulan untuk membangun terowongan bawah tanah atau jembatan penyebrangan. Gubernur DKI saat itu memilih opsi untuk membangun jembatan penyebrangan untuk mengatasi persoalan pejalan kaki di lalu lintas. Jembatan penyebrangan pertama dibangun pada 21 April 1968. Berlokasi tepat di depan Sarinah – toserba modern pertama di Jakarta, Jalan M.H. Thamrin. Jembatan pertama ini diberi nama Jembatan Kartini, karena bertepatan dengan hari lahirnya R.A. Kartini saat hari peresmian. Jembatan Kartini menjadi ikon kemajuan kota metropolitan.
-
Filosofi Desain
JPO
Tidak hanya
memberi kenyamanan kepada pengguna, JPO yang di vermak juga memiliki makna
simbolik pada desainnya. JPO Gelora Bung Karno memiliki desain cincin yang berpuntir,
melambangkan semangat olahraga dengan keberadaan GBK, gejolak dan semangat
bangsa Indonesia untuk terus berkembang.
Cincin vertikal
pada JPO Polda Metro Jaya dan JPO Bundaran Senayan melambangkan pesatnya
perkembangan ekonomi dan pembangunan pusat ibu kota.
Setiap pembangunan yang
berhasil terwujud, kita sebagai warga perlu mengapresiasi dengan menjaga
fasilitas yang telah disediakan agar DKI Jakarta menjadi ibu kota yang maju dan
modern.
Komentar
Posting Komentar